Kamis, 28 Januari 2010

ACARA V

CEKAMAN KEKERINGAN


Nama : Daru Tiyas Tireni

NIM : C 0803009

Rombongan : A

Asisten : 1. Umi

2. Melly

Tanggal Praktikum : 4 Desember 2009

POLITEKNIK BANJARNEGARA

PROGRAM STUDI DIII AGROTEKNOLOGI

BANJARNEGARA

2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekeringan adalah kondisi dimana suatu benda kekurangan air atau bahkan benda tersebut sudah benar – benar tidak mengandung air sedikitpun. Biasanya tanda – tanda suatu benda terkena kekkeringan yaitu benda tersebut apabila disentuh tidak lengket.

Dan kekeringan tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi suatu tanaman, karena air dalam hal ini sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air memiliki peranan yang sangat penting bagi tanaman hal ini karena air merupakan penyusun utama dari protoplasma sel, sebagai bahan pelarut dan memberikan suatu media untuk pengangkutan. Air juga diperlukan dalam penyusunan senyawa baru, pemelihara tekanan turgor dan secara tidak langsung dapat memelihara suhu tanaman. Pertumbuhan akan menjadi tidak normal atau terganggu apabila tanaman tumbuh ditempat yang kelebihan atau kekurangan air. Gangguan pertumbuhan tanaman sebagai akibat kelebihandan kekurangan air berupa kelayuan tanaman.

Tarbatasnya air tanah yang tersedia seringkali menimbulkan masalah kekurangan air pada tanaman, karena pertumbuhan tanaman secar luas dikendalikan oleh keseimbangan air di dalam tanaman. Kekurangan air ini menyebabkan proses fisiologi terganggu dan pertumbuhan terhambat., tanaman menjadi kerdil atau bahkan akhirnya tanaman mati.

Kekurangan air ini dapat terjadi pada hari terang dan panas, tetapi biasanya dapat diimbangi dengan penyerapan air selama malam hari. Apabila kandungan air tanah rendah penyerapan air menjadi lambat dan tidak dapat mengimbangi kecepatan air yang hilang melalui transpirasi serta tidak dapat digantikan oleh laju penyerapan air selama malam hari maka tanaman akan menjadi layu.

Dan proses kelayuan pada tanaman terdiri atas 3 tingkatan yaitu:

1. Tingkat kelayuan awal ( Incipient Wilting ) yaitu saat tanaman akan mulai mengalami kelayuan

2. Tingkat kelayuan sementara ( temporary Wilting ) yaitu kelayuan yang ditandai dengan layunya bagian tanaman dan keadaan ini dapat disembuhkan dengan jalan memberi air ( menyiram ) pada tanaman

3. Tingkat kelayuan permanen ( Permanent Wilting ) ditandai dengan mulai matinya bagian tanaman dan keadaan ini sudah tidak dapat disembuhkan dengan memberikan air pada tanaman

Kenyataan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara berbagai jenis tanaman dalam hal ketahanan terhadap kekurangan air atau kelayuan. Faktor utama yang mempengaruhi ketahanan tanaman ( kelayuan tanaman) terhadap kekeringan adalah jenis tanah terutama tekstur tanah dan jenis atau spesies tanaman, karena sifatnya yang emmungkinkan mampu menahan kehilangan air serta mampu menyerap air pada keadaan air tanah yang sangat rendah. Ketahanan terhadap kekeringan tanaman dapat dilihat dari kemampuannya untuk tidak layu pada kadar air tanah yang sangat rendah.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan mengenai kecaman kekeringan antara lain:

1. Agar mahasiswa dapat mempelajari perbedaan terhadap kekeringan dan kadar air tanah pada tingkat kelayuan dari beberapa jenis atau spesies tanaman palawija.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui betapa pentinganya air bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya.


BAB II

BAHAN DAN ALAT

1. Bahan yang digunakan untuk praktikum mengenai kecaman kekeringan yaitu

a. Benih Jagung

b. Benih Kedelai

c. Benih kacang tanah

2. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum adalah

a. Polibag berisi tanah

b. Rumah Kaca

c. Embrat

d. Penggaris

e. Alat tulis

f. Timbangan Analitik untuk penimbangan bobot basah dan bobot kering dari tanah yang digunakan sebagai media tanam

g. Kantong Palstik

h. Botol Timbang

i. Oven Penjepit


BAB III

PROSEDUR KERJA

Dalam melakukan praktikum faktor lingkungan tanaman dilakukan prosedur kerja sebagai berikut :

1. Disiapkan 30 polibag untuk 3 jenis tanaman palawija

2. Disiapkan pula 30 benih jagung, 30 benih kedelai, dan 30 benih kacang tanah

3. Polibag diisi dengan tanah hingga tanah sebanyak 2/3 polibag

4. Disiram tanah yang baru dimasukan ke dalam polibag hingga kapasitas lapang

5. Ditanam benih palawija 3 benih perpolibag dan tiap jenis palawija ada 10 polibag ( jagung 10 polibag, kedelai 10 polibag dan kacang tanah 10 polibag )

6. Setelah benih selesai ditanam lalu perpolibag diberi pupuk N, P, dan K dengan ukuran menyesuaikan

7. Polibag – polibag tersebut diletakkan di dalam rumah kaca

8. Tanaman dipelihara sampai berumur 3 – 4 minggu dan disiram setiap hari dengan volume yang sama tiap polibag.

9. Setelah tanaman berumur 3 – 4 minggu tiap polibag ditinggalkan satu tanaman sebagai sampel dan tanaman dipilih yang baik dan seragam, kemudian tanaman yang dipilih tadi dibiarkan sampai layu.

10. Pada prosedur nomor 10 tidak dilaksanakan karena tidak ada satupun benih yang tumbuh pada tiap polibag

11. Setelah mengetahui tanaman atau benih di setiap polibag tidak tumbuh, lalu tanah yang ada di polibag diambil sebagai bahan untuk penimbangan bobot basah dan bobot kering tanah untuk mengetahui kadar air dari tanah tersebut.


BAB IV

HASIL PENGAMTAN DAN ANALISIS DATA


BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum mengenai cekaman kekeringan tidak satupun benih yang ditanam tumbuh. Tapi setelah dilihat benih yang dibenamkan dalam tanah berubah menjadi kisut dan berjamur.

Menurut hasil pengamatan yang saya lakukan ini dikarenakan pemberian pupuk N, P, K yang terlalu dini yakni pada saat benih dibenamkan dalam tanah di polibag. Karena seharusnya pemberian pupuk N, P dan K diberikan pada saat tanaman berumur 3 – 4 minggu setelah tanam.

Hal tersebut memicu terjadinya penghambatan dalam perkecambahan benih. Karena unsur hara yang tersedia terlalu berlebihan bagi benih yang baru akan berkecambah. Unsur hara yang berlebih misal kelebihan unsur N, P, dan K juga dapat menimbulkan keracunan pada tanaman atau bahkan benih yang ditanam. Selain itu juga suhu yang ada diruangan atau di dalam rumah kaca terlalu panas pada siang hari dan terlalu dingin pada malam hari karena fasilitas kelayakan rumah kaca yang ada belum mencukupi. Contohnya pada rumah kaca yang digubakan untuk praktikum belum ada Blower yang dapat mengatur suhu disekitar atau di dalam rumah kaca tersebut, sehingga suhu di rumah kaca belum bisa menyesuaikan dengan suhu yang cocok untuk tanaman yang ada di dalamnya.

Percobaan yang sama sudah pernah saya lakukan pada mata kuliah yang lain. Dengan menanam benih yang disertai dengan pemberian pupuk ( baik itu pupuk organik, maupun pupuk N, P dan K ) secara bersamaan, yang terjadi justru benih yang ditanam tidak tumbuh bahkan tidak berkecambah, yang ada benih menjadi kisut dan berjamur seperti pada percobaan di atas.

Dengan terjadinya hal tersebut saya mengambil simpulan bahwa dengan menanam beih yang disertai dengan pemberian pupuk baik itu pupuk organik maupun pupuk kimia seperti N, P dan K secara bersamaan akan mengakibatkan proses perkecambahan benih terhambat bahkan tidak terjadi pertumbuhan benih untuk berkecambah yang diakibatkan ketidaksesuaian jumlah unsur hara bagi benih atau unsur hara yang dibutuhkan untuk perkecambahan benih terlalu berlebihan maka akan menyebabkan keracunan bagi benih yang ditanam.

Perlu diketahui bahwa kekurangan maupun kelebihan unsur hara bagi tanaman dapat meracuni atau unsur hara tersebut dapat menjadi racun bagi tanaman yang ditanam bahkan benih yang ditanam juga dapat keracunan sehingga bagi tanaman akan mengalami kebusukan bahkan mati sedangkan pada benih dapat menyebabkan benih tersebut tidak dapat berkecambah dan tumbuh yang pada akhirnya benih menjadi kisut dan berjamur.

Selain tiu suhu disekitar media tanam juga mempengaruhi. Suhu yang terlalu tinggi disiang hari dan terlalu dingin di amalm hari dapat mnyebabkan benih atau tanamn sulit untuk beradaptasi sehingga penyerapan air yang tersedia menjadi lambat dan penguapan pada siang hari melalui proses transpirasi terlalu cepat karena suhu ditempat polibag diletakkan terlalu tinggi di siang hari dan terlalu dingin di malam hari. Hal tersebut terjadi karena rumah kaca yang digunakan belum memenuhi persyaratan sebagai rumah kaca yang baik. Terutama yang berkaitan dengan hal ini adalah belum tersedianya blower atau pengatur suhu ruangan di rumah kaca sendiri sehingga suhu yang ada belum bisa disesuaikan dengan kebutuhan suhu tanaman yang sebenarnya.

Defisit air berasosiasi dengan beberapa proses fisiologi yang berhubungan dengan pertumbuhan yang dapat menyebabkan kematian. Pengaruh cekaman kekeringan pada pada tanaman kedelai dan jagung tergantung pada varietas, besar dan lamanya cekaman dan masa pertumbuhan tanaman. Karakter morfologi atau fenotipik yang umum untuk menduga tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat diketahui dengan mengamati perkembangan perakaran yang dapat digunakan untuk membedakan tanaman yang tahan atau tanaman yang peka. Gangguan penyerapan hara pada tanah masam disebabkan pada dua hal yaitu efek langsung dari penghambatan perpanjangan dan perkembangan sel akar dan adanya pengaruh tidak langsung terhadap ketersediaan hara melalui pembentukan kompleks Al. Sedangkan vigor akar akar yang baik diharapkan dapat menduga toleransi yang baik terhadap cekaman kekeringan maupun cekaman ganda antara kekeringan dan cekaman aluminium.

Rusaknya perakaran menyebabkan terhambatnya absorbsi hara dan air dari dalam tanah. Pertumbuhan perakaran yang tidak sempurna mnyebabkan sistem perakaran menjadi lebih dangkal dan menjadi lebih peka terhadap kekeringan. Oleh karena itu terutama kedelai yang ditanam pada tanah dengan kadar Al tinggi selain dapat mengalami cekaman aluminium juga rentan terhadap cekaman kekeringan.

Penurunan kadar air tanah dari 80 % kapasitas lapang menjadi 40% kapasitas lapang menyebabkan penurunan bobot kering pada akar. Penurunan ini disebabkan tanaman mengalami keterbatasan pertumbuhan perakaran akibat cekaman aluminium dan ditambah lagi dengan keterbatasan jumlah air tanah. Penghambatan pertumbuhan perakaran tanaman akibat cekaman kekeringan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan karena tanaman tidak mampu mengatur pertumbuhannya dengan sempurna.

Pada sejumlah data mengenai varietas kedelai terdapat tiga varietas yang konsisten dan tergolong toleran terhadap cekaman kekeringan yaitu varietas Willis, Sinyonya dan Lumut yang terlihat dengan presentase penurunan aktivitas tumbuh tidak lebih dari 50%.

Tetapi pada perlakuan cekaman ganda yakni cekaman aluminium dan cekaman ganda yang dapat menurunkan bobot kering pada akar, hanya varietas Willis yang mengalami penurunan bobot kering akar paling rendah yaitu sebesar 9%. Hasil riset menunjukan kemampuan adaptasi perakaran willis pada perlakuan cekaman kekeringan maupun cekaman ganda itu baik.


BAB VI

SIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA

Heddy, S., 2001. Ekofisiologi Tanaman. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sopandie, D., M. Jusuf, & T.D Setyono. 2000.Adaptasi Kedelai Terhadap Cekaman pH rendah dan aluminium. Analisis Pertumbuhan Akar.Comm, Ag.

Suardi D. 2000. Perakaran Padi dalam Hubungannya dengan Toleransi Tanaman terhadap Kekeringan dan Hasil. Litbang Pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar