Jumat, 29 Januari 2010

PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH

ACARA II

PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menghindari kegagalan, maka perlu di ketahui terlebih dahulu apakah biji atau benih tanaman budi daya yang akan di sebar di lapangan dapat berkecambah dengan baik dan dalam waktu yang memadai. Cara-cara yang dilakukan tersebut dikenal dengan uji daya kecambah benih. Suatu biji tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :

1. Embrio biji tersebut masih hidup

2. Biji tidak dalam keadaan dormansi

3. Faktor lingkungan menguntungkan untuk perkecambahan.

Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi perkecambahan seperti letersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen.

.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum pengujian daya tumbuh benih yaitu untuk mengetahui bagaimana caranya menguji daya tumbuh benih dan juga untuk menguji berbagai daya tumbuh berbagai benih tanaman serta nantinya juga untuk mengidentifikasi mana kecambah atau bibit yang normal dan mana yang tidak normal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian daya tumbuh benih seperti halnya pengujian kadar air dan pengujian kemurnian benih, merupakan pengujian rutin pada pengujian benih di laboratorium. Daya tumbuh benih adalah munculnya unsur – unsur utama dari lembaga dari suatu benih yang diuji yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Presentasi daya tumbuh benih adalah presentasi dan benih yang membentuk bibit/ tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan pengujian daya tumbuh adalah untuk mendapatkan keterangan/ gambaran dari benih yang diuji yang mendekati kenyataan lapangan.

Dari benih yang baik akan muncul kecambah normal, sebaliknya benih yang rusak, rendah kualitasnya menghasilkan kecambah atau bibit yang tidak normal atau abnormal. Kerusakan benih dapat terlihat nyata ( retak kulit, mengelupas atau biji pecah ). Tapi kadang terlihat kerusakan pada bagian dalam benih. Kerusakan benih dapat diketahui setelah benih berkecambah abnormal.

Daya tumbuh minimal bersertikat adalah 80% pada padi dan kedelai serta 90% untuk jagung. Pada benih bina adalah 60 %.

Kecambah bibit abnormal adalah bibit yang tidak mempunyai syarat sebagai bibit normal. Abnormalitas dapat terjadi pada plamula terbelah, kerdil, akar tumbuh lemah atau tidak tumbuh sama sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar seluruhnya. Dapat juga plamula dan akar tumbuh melingkar – lingkar ( spiral ). Pada legume abnormalitas berupa tidak ada epikotil, hypocotil pendek, menjadi tebal atau belah, dan akar terlambat perkembangannya. Dapat juga kotiledon dan epikotil busuk atau rusak.

Biji keras adalah biji yang tetap keras pada akhir jangka waktu pengujian yang ditetapkan disebabkan kekerasan atau kekedapan kullitnya hingga tidak menyerap air. Biji pedoman adalah biji hidup yang tidak tumbuah pada lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhannya tapi tidak termasuk biji keras

Perkecambahan benih. Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap vigor benih :

  1. Genetik
  2. Tingkat kemasakan pada Waktu panen
  3. Kondisi lingkungan selama perkembangan benih

ü Temperatur dan kesediaan air

ü Kesuburan tanah

  1. Ukuran dan Densitas benih
  2. Kerusakan mekanik => mempengaruhi daya kecambah dan daya simpan benih
  3. Umur dan tingkat kemunduran
  4. Serangan mikroorganisme selama penyimpanan
  5. suhu rendah selama imbibisi,

Ekstraksi benih merupakan kegiatan mengeluarkan dan membersihkan benih dari bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan daging buah. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.


BAB III

BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan selama melaksanakan praktikum yaitu :

1. Benih Padi

2. Benih Kedelai

3. Air

Alat yang digunakan selama melaksanakan praktikum yaitu :

1. Pinset

2. Petridish

3. Timbangan listrik

4. Botol penyemprot

5. Alat Tulis


BAB IV

PROSEDUR KERJA

Prosedur yang dilaksanakan dalam praktikum yaitu :

1. Diambil sampel benih yang akan dikecambahkan yaitu benih padi dan kedelai.

2. Dipilih benih yang baik untuk dikecambahkan dan disingkirkan benih yang kurang baik.

3. Untuk padi dipilih padi yang mentes ( atau berisi ) dan kedelai dipilih kedelai yang tidak cacat.

4. Setelah benih padi dan kedelai disiapkan lalu petridis dan kertas merang disiapkan dengan kertas merang sudah dipasang pada petridis. Ada 2 petridis yaitu petridis A dan petridis B. Dan 4 kertas merang, setiap petridis ada dua kertas merang.

5. Setelah benih dan petridis atau tempat untuk mengecambahkan benih sudah siap, benih ditata di petridis di atas kertas kertas merang sebanyak 100 benih padi di petridis A dan 100 benih kedelai di petridis B.

6. Setelah semua benih selesai ditata di atas kertas merang, benih disemprot dengan air bersih sampai kertas merangnya basah.

7. Benih diamati dan disemprot dengan air setiap hari selama seminggu dan dicatat jumlah benih yang berkecambah setiap harinya.


BAB V

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Daya Tumbuh Benih

Varietas

Pengamatan Ke-

Jumlah yang berkecambah

Jumlah yang belum berkecambah

Padi

100 butir

I

Belum ada

100

II

Belum ada

100

III

3

97

IV

16

81

V

11

70

VI

57

13

VII

8

5

Kedelai 50 butir

I

Belum ada

50

II

Belum ada

50

III

Belum ada

50

IV

4

46

V

17

29

VI

18

11

VII

Tidak ada

11


BAB VI

PEMBAHASAN

Dari data di atas mengenai daya kecambah pada benih padi dapat di buat grafik sebagai berikut:

Grafik 1. Daya kecambah padi

Grafik di atas menandakan bahwa daya kecambah benih padi pada hari pertama hingga hari ke tiga masih sangat sedikit yaitu pada hari pertama dan kedua belum ada sama sekali benih padi yang berkecambah sehingga padi yang belum berkecambah masih 100% atau masih sama jumlahnya dari jumlah padi yang diujikan. Dan pada hari ke empat jumlah yang berkecambah naik menjadi 19 benih padi yang berkecambah karena jumlah padi yang berkecambah sebelumnya ada 3 benih padi dan pada hari ke empat ada 16 benih yang berkecambah. Dan pada hari ke lima perkecambahan mulai menurun hingga 68, 8% yaitu dari 16 benih yang berkecambah pada hari ke empat dan pada hari ke lima jumlah benih yang berkecambah hanya 11 benih padi. Presentase daya kecambah benih tertinggi dicapai pada hari ke enam yaitu mencapai 5 kali lipat dari jumlah perkecambahan benih padi pada hari sebelumnya yaitu mencapai 57 benih yang berkecambah sehingga total benih padi yang berkecambah pada hari ke enam adalah 87 benih. Sedangkan pada hari terakhir pengamatan jumlah benih yang berkecambah mengalami penurunan 6 kali lipat dari jumlah sebelumnya yaitu hanya 8 benih padi yang berkecambah. Dan total benih padi yang berkecambah pada hari terkahir yaitu 95 benih padi atau sama saja 95% benih yang berkecambah karena dari 100 benih padih padi ada 95 yang berkecambah dan yang tidak berkecambah ada 5 benih atau 5% benih yang tidak berkecambah.

Pada benih kedelai dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 2. Daya kecambah kedelai

Dari grafik di atas mengenai daya kecambah kedelai dapat dilihat bahwa tidak berbeda jauh dengan daya kecambah pada benih padi. Karena pada dasarnya perkecambahan benih dapat terjadi secara maksimal pada hari dimana biji sudah selesai masa dormansinya. Sehingga pada saat itulah benih akan berkecambah secara maksimal. Dan apda saat itulah benih yang berkecambah jumlahnya akan meningkat.

Pada benih kedelai juga demikian dimana pada hari pertama hingga hari ketiga belum ada sama sekali benih yang berkecambah. Dan pada hari ke empat benih kedelai sudah mulai ada yang berkecambah sebanyak 4 benih pada saat inilah biji mulai memecahkan masa dormansi. Dan hari ke lima benih yang berkecambah meningkat menjadi 17 dan hari ke enam mencapai 18 benih yang berkecambah. Peningkatan dari 4 benih yang berkecambah ke 18 benih yang berkecambah mencapai hampir 5 kali lipat. Dan pada masa inilah biji sudah menyelesaikan masa dormansinya sehingga terjadi pelonjakan jumlah benih yang berkecambah dari 4 benih hingga 17/ 18 benih yang berkecambah, walaupun pada hari terkhir pengamatan atau pada hari ketujuh tidak ada lagi benih yang berkecambah. Penurunan daya kecambah memang terjadi pada saat setelah benih berkecambah secara maksimal. Dan ini terjadi hampir di setiap jenis atau varietas benih. Karena pada saat itu juga kemampuan benih untuk berkecambah juga mulai menurun. Sehingga hampir tidak ada benih yang berkecambah lagi setelah titik maksimal daya kecambah telah dicapai. Seperti pada hukum ekonomi dimana pada saat titik maksimal dicapai maka akan terjadi penurunan aktivitas yang dapat menurunkan jumlah suatu hasil produksi apabila pada saat titik puncak terus ditambah dosis dari suatu komponen pendukung dari faktor produksi tersebut.

Dari grafik daya kecambah kedelai dapat dilihat bahwa jumlah kedelai yang berkecambah adalah 39 benih dari 50 benih kedelai. Atau sama saja 78% benih yang berkecambah. Benih dikatakan layak pakai untuk proses sertifikasi apabila presentase perkecambahan benih yang akan digunakan mencapai minimal 80%. Sehingga pada kasus ini benih kedelai belum layak untuk dijadikan benih untuk disertifikasi. Dan juga benih yang perkecambahannya kurang dari 80% adalah benih yang jurang baik. Karena masih terlalu banyak benih yang tidak berkecambah. Maka benih seperti itu apabila digunakan untuk budi daya pertanian akan merugikan petani.

Benih padi maupun benih kedelai yang tidak berkecambah rata – rata terserang jamur. Benih yang ada jamuran sehingga tidak bisa berkecambah. Pada awal akan dikecambahkan mungkin benih ini sudah rusak atau fungsi fisiologis dari benih tersebut sudah menurun sehingga benih tidak mampu berkecambah. Dan karena setiap hari disiram dengan air maka benih – benih tersebut menjadi jamuran dan membusuk.

Tapi ada juga yang sudah berkecambah lalu beberapa hari kemudian berjamur. Seperti pada benih kedelai dari 39 benih yang berkecambah ada 6 yang berjamur. Ini dikarenakan pengaruh suhu yang terlalu dingin di dalam ruangan sehingga dapat menyebabkan benih menjamur.

Suhu dan air sangatlah penting karena keduanya sangat berpengaruh terhadap proses perkecambahan sehingga dalam proses mengecambahkan benih kadar air dan suhu ruangan haruslah tepat. Karena dengan suhu dan kadar air yang tepat dan sesuai maka akan membantu proses perkecambahan menjadi lebih cepat dan benih yang dikecambahkan pun tidak mudah terserang penyakit jamur. Dan selain itu benih akan optimal dalam proses perkecambahannya.

Pada intinya juga dapat ditarik simpulan bahwa kualitas benih juga berpengaruh terhadap daya kecambah benih. Bukan hanya air dan suhu yang berpengaruh tapi dari benih yang dikecambahkan juga akan menentukan daya kecambah dari benih itu sendiri. Karena benih yang berkualitas akan memiliki daya kecambah yang baik dan benih yang kurang berkualitas atau berkualitas rendah daya kecambahnya biasanya kurang baik.

Biji atau benih yang tidak berwarna atau tidak menyeluruh tidak berkecambah. Mutu benih adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh benih, yang menunjukkan kemampuan untuk memenuhi standar yang ditentukan. Dan Mutu fisiologis benih berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih, yang di dalamnya terdapat aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi benih.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan :

Suhu dan air sangatlah penting karena keduanya sangat berpengaruh terhadap proses perkecambahan sehingga dalam proses mengecambahkan benih kadar air dan suhu ruangan haruslah tepat. Karena dengan suhu dan kadar air yang tepat dan sesuai maka akan membantu proses perkecambahan menjadi lebih cepat dan benih yang dikecambahkan pun tidak mudah terserang penyakit jamur. Dan selain itu benih akan optimal dalam proses perkecambahannya.

Pada intinya juga dapat ditarik simpulan bahwa kualitas benih juga berpengaruh terhadap daya kecambah benih. Bukan hanya air dan suhu yang berpengaruh tapi dari benih yang dikecambahkan juga akan menentukan daya kecambah dari benih itu sendiri. Karena benih yang berkualitas akan memiliki daya kecambah yang baik dan benih yang kurang berkualitas atau berkualitas rendah daya kecambahnya biasanya kurang baik.

Saran :

Maka dari itu dalam menggunakan benih untuk proses budi daya pertanian haruslah benih yang bai dan berkualitas. Dan saat pembelian benih dilihatterlebih dahulu labelnya supaya jelas mengenai gambaran atau deskripsi dan profil dari benih yang kana digunakan.

Dalam pelaksanaan praktikum praktikan tidak merasakan kesulitan. Karena Asisten sudah baik dan cukup jelas saat memberikan penjelasan mengenai jalannya praktikum. Hanya saja lain kali pelaksanaan praktikumnya beberapa acara tidak dijadikan satu dalam satu hari karena dalam pengamatan praktikan cukup kesulitan karena tidak semua praktikan bekerja sesuai dengan tugasnya masing – masing sehingga praktikum kurang maksimal. Yang paling menyulitkan lagi yaitu pembuatan laporan yang begitu banyak sehingga benar – benar membuat praktikan tidak dapat maksimal dalam membuat laporan.


DAFTAR PUSTAKA

Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia, Balai Teknologi Perbenihan, Departemen

Kehutanan R.I

http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3213022.pdf diakses pada tanggal 10 Januari 2010

Suwandi, N. Sumarni dan F.A. Bahar. 1995. Aspek Agronomi Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

www.fpunair.com diakses pada tanggal 12 Januari 2010

www.libang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 12 Januari 2010

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

ACARA I

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang multi suatu benih digunakan untuk keperluan penanaman. Dalam rangka sertifikasi benih, pengujian itu diperlukan guna pengisian label. Tujuan dari kemurnian adalah untuk mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan cara – cara yang sudah ditetapkan, dan juga menganalisa macam – macam jenis/ kultivar/ varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identitas yang telah ditetapkan.

Pada prinsipnya, pengujian kemurnian benih di laboratorium merupakan kemurnian secara fisik/ berdasarkan identitas fisik yang telah ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh kerja benih ke dalam komponen – komponen : benih, biji tanaman/ varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum pengujian kemurnian benih yaitu untuk mengetahui bagaimana caranya mengidentifikasi suatu benih sehingga dapat menghasilkan benih yang benar – benar murni dengan membuang atau menyingkirkan benih – benih yang dianggap rusak atau tidak sama varietasnya dengan benih yang akan digunakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau secara dominan ditemukan di dalam contoh benih termasuk benih – benih varietas lain dalam jenis tanaman tersebut. Misalnya :

  1. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut dan benih yang sedikit rusak.
  2. Benih terserang penyakit atau benih yang mulai berkecambah, tapi benih tersebut masih bisa dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika sudah berubah karena adanya sclerotia, smutt balls atau metode balls maka termasuk dalam kotoran benih.
  3. Pecahan benih dengan ukuran yang lebih besar dari ½ ukuran semula. Khusus untuk famili tertentu yang terkelupas kulit benihnya termasuk dalam kotoran benih. Pada kacang – kacangan jika kotiledon terpisah termasuk kriteria benih yang rusak atau kotoran benih.
  4. Unit – unit kumpulan benih ( Multiple Seed Unit )
  5. Unit Benih ( Seed Unit )

Benih – benih jenis tanaman yang termasuk dalam famili sebagai berikut :

1) Bunga Matahari ( compositae )

2) Buck Wheat ( Polygonaceae )

3) Wortel ( Umbelliferae )

4) Velarean ( Velareanceae )

5) Mint ( Labiatae )

Tanpa memperhatikan apakah benih – benih tersebut berisi benih sejati ( true seed ) atau tidak, kecuali diperiksa secara visual terlihat jelas pada benih – benih tersebut.

  1. Semua benih dari rerumputan dimana caryopsis mempunyai endosperma yang berkembang biak dapat diketahui dengan cara ditekan atau dengan menggunakan cahay ( dengan menggunakan Diaphanoscope ). Floret majemuk dan spikelet dari benih seperti dibawah ini, dimana salah satunya lebih dari floret tersebut berisi caryopsis Poa pratensis, Arrhenatherum elatius, dan Chloris ganaya.

Benih tanaman lain ( benih varietas lain ) adalah benih tanaman selain yang dimaksudkan oleh pengirim. Penentuan benih varietas lain sebagai kotoran benih sama dengan pada penentuan benih murni.

Kotoran benih Meliputi benih dan bagian dari benih seperti:

  1. Benih dan bagian Benih

ü Benih yang terlihat jelas bukan benih sejati

ü Benih yang kulitnya sudah terkelupas semua

ü Pecahan benih dengan ukuran kurang dari ½ ukuran sebenarnya

ü Benih rusak tanpa lembaga

ü Benih yang berubah warna misal pada Custuta sp yang berubah warna dari abu – abu menjadi putih kecokelatan

ü Benih hampa atau tidak mentes atau tidak berisi ( Empty Glumes )

ü Sekam, cekang benih, kulit benih dan lainnya

  1. Bahan lain yang bukan bagian dari benih

Merupakan bagian dari benih tetapi bukan bagian dari benih tersebut misalnya tanah, pasir, daun, tangkai, bunga, dan yang lain yang terbawa oleh benih.

Program sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara kemurnian dan multi benih dari varietas unggul, menyediakan secara kontinu kepada petani. Kegiatan itu meliputi :

1. Pengujian Lapang

2. Pengujian di Laboratorium

3. Pemeriksaan alat – alat pengolahan benih, cara dan temmpat penyimpanan benih.

BAB III

BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan selama melaksanakan praktikum yaitu :

1. Benih Padi

2. Benih Kedelai

Alat yang digunakan selama melaksanakan praktikum yaitu :

1. Meja Pemurnian

2. Pinset

3. Petridish

4. Timbangan listrik

5. Botol penyemprot

6. Kertas HVS

BAB IV

PROSEDUR KERJA

Prosedur yang dilaksanakan dalam praktikum yaitu :

1. Diambil contoh kerja dari benih yang ada dengan jalan pengurangan dengan memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan ( Benih padi dan kedelai )

2. Disediakan alat yang akan digunakan

3. Diperiksa contoh kerja ( benih padi dan benih kedelai ) sedikit demi sedikit dengan teliti di atas meja pemurnian dengan dialasi kertas putih untuk memudahkan pemilihan benih ( diingat waktu identifikasi benih ) dan dipisahkan ke dalam komponen benih murni, benih varietas lain, biji gulma dan kotoran benih

4. Dihitung prosentase berat komponen – komponen tersebut terhadap berat contoh benih secara keseluruhan. Prosentase benih murni adalah ( 100% - jumlah prosentase komponen – komponen )

5. Setelah itu diisi tabel mengenai prosentase kemurnian benih.

BAB V

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Komponen Benih

Nomor Contoh Kerja

Berat Komponen (gram )

Presentase (% )

Varietas Lain ( a )

Kotoran Benih ( b )

Benih Murni

Varietas Lain ( c )

Kotoran Benih ( d )

Padi

0,6

7,5

98,4

0,71

0,89

Kedelai

13

0,3

93,97

4,9

1,13

Tabel di atas diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

1. Padi

Berat awal padi = 26,5 gram

Berat akhir padi (murni) = 13,2 gram

Berat kotoran padi = 0,3 gram

Berat Varietas Lain = 13,0 gram

2. Kedelai

Berat awal kedelai = 83,8 gram

Berat akhir kedelai ( murni ) = 75,7 gram

Berat Kotoran kedelai = 7,5 gram

Berat Varietas lain = 0,6 gram

Perhitungan padi:

Rumus :

Rumus:

Perhitungan kedelai:

Rumus:

Rumus :

Rumus:

BAB VI

PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan di atas menyatakan bahwa benih yang ada merupakan benih yang baik karena kemurnian benihnya tinggi. Yaitu untuk benih padi memiliki prosentase kemurnian benih 93, 97% dan benih kedelai memiliki prosentase kemurnian benih 98,4%. Data tersebut merupakan bukti bahwa benih itu benar – benar murni walaupun ada beberapa persen kotoran benih dan benih varietas lain. Kotoran benihnya misalnya benih yang rusak, batang, dan daun kering sedangkan benih varietas lainnya pada kedelai misalnya ada kedelai hitam dan kacang hijau serta padi sedangkan pada padi benih varietas lainnya misalnya padi dengan ukuran sangat panjang.

Untuk membuktikan benih itu berkualitas setelah melakukan pengidentifikasian mengenai kemurnian benih, benih yang dinyatakan murni tadi dikecambahkan di dalam petridish selama 1 Minggu dengan diberi air secukupnya, sehingga dengan begitu dapat diketahui bahwa benih yang ada benar – benar bagus atau tidak karena benih yang rupa fisiknya baik belum tentu memiliki daya kecambah yang baik maka dari itu perlu dilakukan perkecambahan terhadap benih – benih tadi.

Apabila benih tadi memiliki daya kecambah lebih dari 80% berarti benih tersebut benar – benar benih yang berkualitas. Karena benih yang berkualitas salah satunya ditandai dengan daya kecambah yang baik selain kemurnian benihnya. Dan pengujian daya kecambah akan dibahas pada bab berikutnya.

Adapun beberapa metode untuk menguji kemurnian benih, yaitu :

  1. Metode Kue ( Pie Methode )

Dengan cara benih ditebarkan di meja serata mungkin hingga membentuk bulatan seperti kue. Hamparan benih tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan diberi nomor, setelah itu secara acak dipilih nomor mana yang akan dipakai untuk pengujian

  1. Metode Mangkuk ( Cup methode )

Mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah dan ukuran tertentu. Masing – masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata. Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian.

Tapi praktikum yang praktikan lalukan masih dalam bentuk yang sederhana sehingga tidak menggunakan metode seperti di atas. Metode yang dilakukan dengan cara menebar semua benih ke meja pemurnian dengan diberi alas kertas putih untuk memudahkan dalam identifikasi benih yang nantinya akan dikelompokkan dalam beberapa komponen yaitu benih murni, kotoran benih, dan benih varietas lain.

Dari perlakuan di atas maka dengan mudah benih dipisahkan menurut komponen yang ada. Dan diperoleh data seperti di atas. Pada saat melakukan identifikasi, apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan misalnya kehilangan benih maka kehilangan benih yang sedang diidentifikasi tidak boleh lebih dari 5%.

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan :

Dari pembahasan di atas dapat ditarik simpulan bahwa benih murni yaitu benih yang tidak tercampur dengan varietas lain, kotoran benih dan biji gulma. Benih yang rusak misal benih yang ukurannya kuarang dari ½ dari ukuran yang sebenarnya termasuk dalam kotoran benih. Sedangkan benih varietas lain yaitu benih yang tidak sama dengan benih yang digunakan. Misal pada praktikum benih yang varietas lain pada benih padi adalah benih yang beratnya lebih kecil dari dua ukuran benih padi. Karena pada benih padi yang diguanakn dalam praktikum ada dua jenis padi yaitu padi yang ukurannya lebar dan pendek ( gemuk ) dan padi yang panjang dan langsing. Dan berdasarkan pengamatan di atas padi yang ukuran beratnya lebih besar yaitu padi dengan postur gemuk sedangkan padi yang berpostur panjang dimasukkan dalam benih padi varietas lain.

Sedangkan pada benih kedelai kotoran benih adalah benih kedelai yang rusak dan varietas lain yang ada pada benih kedelai adalah benih padi dan kacang hijau.

Benih yang digunakan untuk praktikum adalah benih yang bagus karena stelah dilakukan identifikasi kemurnian benih presentase kemurnian benihnya tinggi yaitu untuk padi 93,97% sedangkan untuk benih kedelai kemurnian benihnya mencapai 98,4%.

Saran :

Dalam pelaksanaan praktikum praktikan tidak merasakan kesulitan. Karena Asisten sudah baik dan cukup jelas saat memberikan penjelasan mengenai jalannya praktikum. Hanya saja lain kali pelaksanaan praktikumnya beberapa acara tidak dijadikan satu dalam satu hari karena dalam pengamatan praktikan cukup kesulitan karena tidak semua praktikan bekerja sesuai dengan tugasnya masing – masing sehingga praktikum kurang maksimal. Yang paling menyulitkan lagi yaitu pembuatan laporan yang begitu banyak sehingga benar – benar membuat praktikan tidak dapat maksimal dalam membuat laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Suwandi, N. Sumarni dan F.A. Bahar. 1995. Aspek Agronomi Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3213022.pdf diakses pada tanggal 10 Januari 2010

www.fpunair.com diakses pada tanggal 12 Januari 2010

www.libang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 12 Januari 2010